Oleh: Herman Wijaya
Jembatan Kali Item di Jatinegara, Jakarta Timur, adalah kawasan pedagang loakan terbesar di Jakarta — mungkin juga di Indonesia.
Macam-macam barang yang dijual di sana. Harganya juga terhitung murah. Namanya pasar loak, yang dijual adalah barang-barang bekas.
Kadang ada pula barang antik yang dijual dengan harga miring, bahkan sampe doyong, karena penjualnya juga tidak tahu nilai barang yang dijualnya. Jika beruntung, bukan tidak mungkin pembeli akan mendapatkan jam mewah dengan harga murah.
Begitu melihat foto bocah memamerkan Jam tangan Richard Mille seharga Rp11 miliar hasil jarahan di rumah anggota DPR Ahmad Sahroni, pikiran saya langsung tertuju ke Jembatan Kali Item. Jangan-jangan barang itu sudah sampai pasar loak itu.
Karena perkiraan itu, ada keinginan untuk pergi ke Jembatan Kali Item, pagi-pagi sekali. Saya akan naik commuter line pertama dari Depok sampai Manggarai, lalu transit, naik jurusan Bekasi atau Cikarang, turun di Stasiun Jatinegara.
Dari Stasiun Jatinegara tinggal jalan kaki, langsung ke tukang loak yang biasa menjual jam bekas. Siapa tahu, jam seharga Rp11 miliar itu masih ada di sana, dan dijual murah. Dan siapa tahu saya beruntung bisa membelinya, lalu memiliki jam mewah, yang seumur-umur, jangankan punya, mimpi memilikinya saja tidak. Kalau bisa hidup 7 kali pun rasanya gak bakalan sanggup beli jam semahal itu.
Jam paling mahal yang pernah saya miliki Seiko Rivoli. Itu pun lolos dari tangan ketika isi KRL masih campur antara karyawan, pedagang dan copet.
Sejak itu saya tidak pernah pakai jam tangan lagi. Untuk mengetahui waktu, cukup melihat telepon pintar yang isinya udah segala macam.
Dalam lamunan, saya membayangkan, apa rasanya ya pakai jam tangan seharga Rp11 miliar. Ada perasaan ragu: emangnya pantas pakai jam mahal. Apalagi saya suka ngaduk-ngaduk tanah campur tai kambing untuk media tanam. Tangan udah gak karuan modelnya.
Terus mikir juga, kalau tiba-tiba dibacok penjahat pada saat naik ojek online, karena dia lihat saya pakai jam tangan mahal, kan jadi runyam.
Kalau pun dijual, siapa yang mau beli. Kata teman yang pengusaha, barang-barang mahal biasanya dilengkapi chip untuk melacak, bila hilang. Wah ngeri juga kalau sampe ketangkep polisi.
Cukup lama saya memikirkan berbagai hal terkait jam tangan seharga Rp11 miliar itu. Karena tak ketemu juga solusinya, akhirnya saya batalkan rencana pergi ke Jembatan Kali Item.
Pagi ini saya baca berita, jam tangan mewah itu sudah dikembalikan oleh ibu si bocah yang mengambil jam di rumah anggota DPR Ahmad Sahroni.
Saya merasa senang mendengarnya. Saya harap luka batin Ahmad Sahroni yang sudah jatuh ketiban galon air, sedikit terobati. Si bocah dan ibunya pun tak lagi ketakutan akan ancaman hukum dunia dan akhirat (niru komen orang berugame). Yang penting, everybody is happy. (Red/***)